KOTA CIREBON


KOTA CIREBON
Logo
Motto: Gemah Ripah Loh Jinawi

Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kota ini berada di pesisir utara Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Geografi

Kota Cirebon terletak pada 6°41′S 108°33′E pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.

Balai Kota Cirebon

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.754 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).

Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.

Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.

Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.

Iklim
Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, Banyaknya curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86 hari. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.
Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musin hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.

Keadaan angin terdapat tiga macam angin :
Angin Musim Barat : antara Desember sampai Maret
Angin Pancaroba : antara April sampai Nopember
Angin Musim Timur : antara Mei sampai Oktober

Etimologi
Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang[4] dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai)[5] dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa jawa cirebon berarti kerajaan yang luas).[6] Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa.

Nama Cirebon berasal dari kata Caruban,[7] dalam Bahasa Jawa yang berarti campuran (karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya Arab) atau bisa juga berasal dari kata Ci yang artinya air atau sungai dan Rebon yang artinya udang dalam Bahasa Sunda (karena udang merupakan salah satu hasil perikanan Kota Cirebon).

Sejarah

Balai Kota Cirebon (1927)

Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad 15 di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Pajajaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.

Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh karena itu Raja Galuh mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang.

Dengan demikian berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan Raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.[8]

kemudian pada tanggal 7 Januari 1681 Cirebon secara politik dan ekonomi berada dalam pengawasan pihak VOC, setelah penguasa Cirebon waktu itu menanda tangani perjanjian dengan VOC.[9]

Pada masa kolonial pemerintah Hindia Belanda, tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi Gemeente Cheribon dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kotapraja dengan luas 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.

Peta Kota Cirebon.


Pada tanggal 15 April 2011, Kota Cirebon diguncang dengan bom bunuh diri. Lokasi pengeboman berada di masjid Mapolresta Cirebon. Pada peristiwa tersebut, pelaku bom bunuh diri tewas seketika, dan terdapat beberapa orang luka parah.[10]

Pemerintahan
Setelah berstatus Gemeente Cirebon pada tahun 1906, kota ini baru dipimpin oleh seorang Burgermeester (walikota) pada tahun 1920 dengan walikota pertamanya adalah J.H. Johan. Kemudian dilanjutkan oleh R.A. Scotman pada tahun 1925. Pada tahun 1926 Gemeente Cirebon ditingkatkan statusnya oleh pemerintah Hindia-Belanda menjadi stadgemeente, dengan otonomi yang lebih luas untuk mengatur pengembangan kotanya. Selanjutnya pada tahun 1928 dipilih J.M. van Oostrom Soede sebagai walikota berikutnya.

Pada masa pendudukan tentara Jepang ditunjuk Asikin Nataatmaja sebagai Shitjo (walikota) yang memerintah antara tahun 1942-1943. Kemudian dilanjutkan oleh Muhiran Suria sampai tahun 1949, sebelum digantikan oleh Prinata Kusuma.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Kota Cirebon berusaha mengubah citra Kota Cirebon yang telah terbentuk pada masa kolonial Belanda dengan simbol dan identitas kota yang baru, berbeda dari sebelumnya. di mana kota ini dikenal dengan semboyannya per aspera ad astra (dari duri onak dan lumpur menuju bintang), kemudian diganti dengan motto yang digunakan saat ini. Pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Pekanbaru, hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia, kota ini sama-sama mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10, 0 berarti dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 sangat bersih. Total responden yang diwawancarai dalam survei yang dilakukan antara Mei dan Oktober 2010 adalah 9237 responden, yang terdiri dari para pelaku bisnis.[11][12]

Dalam pembagian administrasi pemerintahannya, Kota Cirebon terdiri atas 5 kecamatan (Harjamukti, Kejaksan, Kesambi, Lemahwungkuk dan Pekalipan), 22 Kelurahan, 247 Rukun Warga (RW) dan 1.352 Rukun Tetangga (RT).

Perhubungan
Kota Cirebon terletak di wilayah strategis, yakni titik bertemunya jalur tiga kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, dan Semarang. Semua jenis transportasi itu baik transportasi darat, laut, dan udara saling berintegrasi mendukung pembangunan di kota Cirebon.

Penumpang Kereta api Cirebon Ekspres di stasiun Cirebon

Kota Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Kejaksan dan Stasiun Prujakan. Stasiun Kejaksan berarsitektur khas kolonial Belanda, stasiun ini melayani hampir semua tujuan kota - kota lainnya baik itu kota besar maupun kota kecil di pulau Jawa. Terminal angkutan darat di Kota Cirebon di antaranya terminal besar Harjamukti, letaknya di jalan By Pass Kota Cirebon.

Pelabuhan Cirebon saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan batu bara dan kebutuhan pokok dari pulau-pulau lain di Indonesia. Bandar Udara Cakrabuana merupakan bandar udara di Kota Cirebon saat ini hanya dijadikan sebagai bandara khusus militer.

Di kota ini masih terdapat Becak khas Cirebon sebagai sarana transportasi rakyat sekaligus sarana untuk wisata keliling kota.

Pengangkutan dan Komunikasi
Menurut catatan Dinas Kimpraswil Kota Cirebon, panjang jalan di Kota Cirebon pada tahun 2009, tercatat panjangnya mencapai 166,686 km. Dari panjang jalan tersebut, sebagian besar (99%) merupakan jalan yang sudah diaspal yaitu sepanjang 165,217 km; dan sepanjang 1,448 km (1%) merupakan jalan berkerikil. Dilihat dari kondisi jalan, sepanjang 161,439 km kondisinya baik, dan sekitar 4,141km kondisi sedang, serta sebanyak 1,08 km kondisinya rusak, baik rusak berat maupun ringan.

Jumlah sepeda motor, mobil penumpang, dan mobil barang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 jumlah sepeda motor tercatat sebanyak 80.714 buah dan di tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 109.961 buah.

Kegiatan di pelabuhan laut Cirebon sepanjang tahun 2006-2009 mengalami penurunan dari 1.809 kapal yang berlabuh pada tahun 2006 menjadi 1.630 kapal yang berlabuh pada tahun 2009. Dari sejumlah kapal tersebut 40 kapal merupakan jenis pelayaran luar negeri, sebanyak 1.488 kapal merupakan jenis kapal pelayaran dalam negeri, 132 kapal merupakan pelayaran rakyat. Arus barang berdasarkan perdagangan di pelabuhan Cirebon di dominasi oleh bongkar muatan antar pulau.

Sementara itu lalu lintas penerbangan melalui Bandara Penggung Cirebon mengalami peningkatan dari sebanyak 356 pesawat di tahun 2006 menjadi 899 pesawat di tahun 2009.

Penumpang yang diangkut melalui stasiun kereta Cirebon pada tahun 2009 telah mencapai 683.912 orang. Bulan Juni merupakan jumlah penumpang kereta api terbanyak yaitu mencapai 70.145 orang, sedangkan yang terendah terjadi di bulan Februari yang mencapai 40.914 orang.

Data pengiriman surat dalam negeri melalui kantor pos. Tercatat pengiriman surat dalam negeri tahun 2009 tercatat sebanyak 541.912 surat. Untuk jenis pengiriman surat yang terbanyak masih pengiriman surat biasa, kemudian pengiriman surat kilat khusus dan pengiriman surat kilat.[13]

Perekonomian

Gedung Bank Indonesia, salah satu bangunan peninggalan Belanda di Cirebon

Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Tomé Pires dalam Suma Orientalnya sekitar tahun 1513 menyebutkan Cirebon merupakan salah satu sentra perdagangan di Pulau Jawa. Setelah Cirebon diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda, pada tahun 1859, pelabuhan Cirebon ditetapkan sebagai transit barang ekspor-impor dan pusat pengendalian politik untuk kawasan di pedalaman Jawa.

Sampai tahun 2001 kontribusi perekonomian untuk Kota Cirebon adalah industri pengolahan (41,32%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%). Sedangkan sektor lainnya (9,26%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.

Salah satu wujud usaha di sektor informal adalah pedagang kaki lima, Kota Cirebon yang sering menjadi sasaran urbanisasi memiliki jumlah PKL yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Fenomena ini di satu sisi menggembirakan karena menunjukan dinamika ekonomi akar rumput, tapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan yang serius di sektor ketertiban dan tata ruang.

Perusahaan rokok multinasional, British American Tobacco (BAT), merupakan salah satu produsen rokok yang pernah berdiri di Kota Cirebon. Namun pada tahun 2010, guna mengefisiensikan produksinya, merelokasi pabrik di Kota Cirebon ke Kota Malang.

Kota Cirebon memiliki 12 kompleks ruko, 13 bangunan plaza dan mall serta 12 pasar tradisional.
Kota Cirebon memiliki beberapa pusat perbelanjaan di antaranya Cirebon Mall daerah Kota Tua (BAT) di Jalan Syarief Abdurahman, CSB Mall (Cirebon Super Block) berlokasi di pusat Kota Cirebon Jalan DR. Cipto Mangunkusumo dengan luas 6.2 ha, Grage Mall bertempat di Jalan Tentara Pelajar, Giant Hypermarket terletak di sekitar area Stadion Bima Jalan Brigjen Dharsono (By-Pass), Plaza Yogya Siliwangi di Jalan Siliwangi, Plaza Yogya Grand Center di Jalan Karanggetas, Rajawali Trade Center (RTC), Pusat Grosir Cirebon (PGC), Asia Plaza, Surya Plaza, Carrefour SuperStore, Gunung Sari Trade Center (GTC), Balong Indah Plaza dan Plaza Index "Ace Hardware".[14]

Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju inflasi terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan, Pariwisata, dan olahraga.
Kelompok transpor Kota Cirebon mengalami laju inflasi yang cukup tinggi karena kenaikan harga BBM nonsubsidi serta tarif jasa keuangan. Sementara itu, tarif kursus/pelatihan di Kota Cirebon relatif tinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sehingga mendorong tingginya inflasi kelompok pendidikan.

Pelayanan umum
Listrik
Listrik selain untuk menunjang kegiatan ekonomi seperti industri, juga untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan cara membuat kemudahan penduduk beraktifitas.

Dari data kelistrikan yang disajikan, tercatat jumlah pelanggan pengguna listrik mencapai 120.934 pelanggan pada tahun 2008, dengan rincian sekitar 91,5 persen adalah pelanggan rumah tangga (R) dan 5,8 persen pelanggan bisnis (B), pelanggan golongan tarif sosial (S) sekitar 1,9 persen. Pelanggan industri hanya 0,15 persen. Daya terpasang pada tahun 2009 ini sebesar 190.966 KVA.[16]

Air Minum
Penyedian sumber air minum sangat penting untuk sebuah kota seperti Kota Cirebon yang merupakan sebagian wilayahnya berbatasan dengan pantai, yang cenderung sebagian besar sumber airnya tidak layak untuk air minum. Oleh karena itu, ketersedian air oleh PDAM menjadi sangat penting.

Produksi air oleh PDAM Kota Cirebon, dalam kurun 2006- 2009 jumlah produksi air minum cenderung berfluktuasi, pada tahun 2006 produksi air mencapai 23.425.965 m3, kemudian menjadi 26.245.072 m3 (2007) dan turun di tahun 2008 menjadi 25.432.691 m3, dan naik kembali menjadi 25.455.687 m3 di tahun 2008. Untuk air yang disalurkan pada tahun 2009 mencapai 18.682.035 m3. Dengan rincian, air minum yang disalurkan pada rumahtangga sebesar 13.554.294 m3 ; hotel, obyek wisata dan industri sebesar 2.552.822 m3 ; Badan Sosial/Rumah Sakit sebesar 733.357 m3 .

Nilai penjualan air minum pada tahun 2009 mencapai 27.994 juta rupiah, turun sebesar 2,07 persen dibandingkan dengan tahun 2008. Nilai penjualan terbesar dihasilkan dari penjualan kepada golongan pelanggan rumahtangga dengan nilai sebesar 17.793 juta rupiah atau 63,56 persen dari total penjualan.[17]

Hampir 93 % penduduknya telah terlayani oleh layanan air bersih dari PDAM Cirebon, mayoritas pelanggan air bersih di kota ini adalah rumah tangga (90,37% atau sebanyak 59.006) dari jumlah total sambungan yang ada (65.287).[18]

Kesehatan
Sejak pemerintah Hindia-Belanda, Kota Cirebon telah memiliki rumah sakit yang bernama Oranje, yang diresmikan penggunaannya pada 31 Agustus 1921 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 September 1921.

Pada tahun 2009 di Kota Cirebon telah tersedia sekitar 6 rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21 Puskesmas, 15 Puskemas Pembantu, 20 Puskesmas Keliling, serta 81 Apotik, dan 31 Toko Obat. Dengan jumlah tenaga medis seperti dokter spesialist sekitar 94 orang, dan 116 dokter umum, 37 dokter gigi, 847 perawat, serta 278 bidan. [19]

Pendidikan
Universitas Swadaya Gunung Jati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cirebon
Cirebon Institute of Computer (CIC)
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
STMIK IKMI Cirebon
STIKOM Poltek Cirebon
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon
Stikes Mahardika Cirebon (STIKma)
Akademi Keperawatan (akper) Dharma Husada cirebon
Akademi Kebidanan (akbid) Isma Husada cirebon
WIT Institute Cirebon
Akademic Maritime Of Cirebon

Pariwisata
Sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah tentang kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, Komplek Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung sekitar 15 km ke arah barat pusat kota, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid At Taqwa, kelenteng kuno, dan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda. Kota ini juga menyediakan bermacam kuliner khas Cirebon, dan terdapat sentra kerajinan rotan serta batik.

Cirebon mempunyai 4 keraton sekaligus di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Semuanya memiliki arsitektur gabungan dari elemen kebudayaan Islam, Cina, dan Belanda. Ciri khas bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid didekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai perlambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya kerajaan Cirebon. Ciri lain adalah piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.

Kota Cirebon memiliki beberapa kawasan taman di antaranya Taman Air Sunyaragi dan Taman Ade Irma Suryani. Taman Air Sunyaragi memiliki teknologi pengaliran air yang canggih pada masanya, air mengalir di antara teras-teras tempat para putri raja bersolek, halaman rumput hijau tempat para ksatria berlatih, ditambah menara dan kamar istimewa yang pintunya terbuat dari tirai air. Sementara beberapa masakan khas kota ini sebagai bagian dari wisata kuliner antara lain: Sega Jamblang, Sega lengko, Empal gentong, Docang, Tahu gejrot, Kerupuk Melarat, Mendoan, Sate beber, Mi koclok, Empal asem, Nasi goreng Cirebon, Ketoprak Cirebon, Bubur ayam Cirebon, Kerupuk Udang dan sebagainya.
Seni dan budaya

Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, Sintren, Kesenian Gembyung dan Sandiwara Cirebonan.

Kota ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya Topeng Cirebon, Lukisan Kaca, Bunga Rotan dan Batik.

Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.

Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang dicirebon, batik motif mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.[22]

Pers dan media
Kota Cirebon sejak pemerintah Hindia-Belanda telah menjadi pusat penerbitan beberapa surat kabar, di antaranya Kepentingan Ra’jat, Poesaka Tjirebon, Koemandang Masjarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia muncul Repoeblik. Saat ini beberapa surat kabar yang masih terbit diantaranya : Radar Cirebon dan Kabar Cirebon.[23]

Seluruh media televisi nasional saat ini telah disiarkan di Cirebon. Selain itu terdapat beberapa stasiun televisi lokal seperti CIREBON TV, Radar Cirebon Televisi (RCTV) dan DAIRI TV.

Kota Cirebon memiliki 16 stasiun radio, di antaranya:
DAIRI 87.6 FM
G-Radio FM 99,6
Ci Radio FM 90.2
Radio Simpati FM 88.3
Kita FM 105.6
Prima Sonata FM
Radio Assunnah FM 92.3
DBFM 90,8
PilaRADIO 88,6
RRI Pro 2 FM 97,5
Nuansa FM 104,2
Gita Suara FM 99,1
Swara Mulya Afrindo Rekatama FM 95,9
Cirebon FM 89,20
Ramanda 92,9 FM
Sindang Kasih 103,6 FM
Rujukan
^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
^ www.citypopulation.de Cities & Municipalities (diakses pada 16 April 2011)
^ "Die Klimadaten für Cirebon". www.sonnenlaender.de. 20 November 2011. Diakses pada 12 Oktober 2011.
^ Eliot, Joshua (20 November 2001). Indonesia handbook (edisi ke-3). Footprint Travel Guides. ISBN 1900949512.
^ dikti.go.id/ Observasi di Kota Cirebon
^ www.gragecirebon.wordpress.com Sejarah Cirebon
^ Pangeran Arya Carbon (20 November 1978). Purwaka Caruban nagari: (asal mula berdirinya negara Cerbon). Penyalur Tunggal Pustaka Nasional Sudiam.
^ www.cirebonkota.go.id Profil Sejarah Pemerintahan
^ Universitas Indonesia, Wacana: jurnal ilmu pengetahuan budaya, Yayasan Obor Indonesia, ISSN 1411-2272
^ www.detiknews.com Bom Pertama di Cirebon (diakses pada 16 April 2011)
^ nasional.kompas.com Pekanbaru dan Cirebon, Kota Terkorup (diakses pada 9 November 2010)
^ www.ti.or.id Konferensi Pers: Peluncuran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2010 (diakses pada 9 November 2010)
^ www.cirebonkota.go.id Pengangkutan dan komunikasi
^ Daftar pusat perbelanjaan Kota Cirebon
^ Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2010
^ www.cirebonkota.go.id industri, listrik, gas dan air minum
^ www.cirebonkota.go.id industri listrik gas dan air minum
^ ciptakarya.pu.go.id Profil Kota Cirebon (diakses pada 16 April 2011)
^ data kesehatan Kota Cirebon (diakses pada 30 mei 2011)
^ www.cirebonkota.go.id Pendidikan Kota Cirebon (diakses pada 16 Mei 2011)
^ Daftar Sekolah Menengah Atas Kota Cirebon (diakses pada 20 mei 2011)
^ Motif Batik Cirebon
^ kabar-cirebon.com/ Kabar Cirebon
^ Siroop Tjap Buah Tjampolay, Khas Cirebon